Rabu, 10 September 2014

Totalitas Berotonomi “Otonomi Pangan dalam Darurat Bencana”

Indonesia menghadapi babak baru pasca berlakunya Otonomi Daerah. Cita-cita terselenggaranya suatu negara yang makmur dan sejahtera melalui Otonomi Daerah tidak mudah untuk diwujudkan. Berbagai masalah masih saja belum memperbolehkan Indonesia untuk makmur dan sejahtera melalui sistem desentralistiknya. Hal ini diperparah dengan serangkaian bencana alam yang terjadi belakangan ini.

Sektor Pangan dalam Otonomi Daerah
Otonomi daerah sejatinya merupakan komitmen Negara dan masyarakat daerah yang menyepakati terbentuknya Negara kesatuan. Saat itu, di penghujung milenium terbentuklah suatu kontraprestasi yang mengarahkan sistem pemerintahan sentralistik menuju desentralistik. Otonomi Daerah merupakan implementasi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004[1] tentang Pemerintahan Daerah.
            Diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah tersebut memberi otoritas penuh bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan pemerintahan yang lebih luas secara mandiri. Hal ini, diharapkan akan membuka potensi daerah seluas-luasnya untuk pengembangan daerahnya serta memberi pemerataan dalam pembangunan. Potensi daerah yang begitu besar terutama pada sektor profitable seperti perkebunan, kehutanan dan pertambangan diharapkan dapat menopang pembangunan dan pembiayaannya sehingga masing-masing daerah dapat lebih maju, mandiri dan sejahtera.
            Menarik, tujuan Otonomi Daerah untuk kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan daerah merupakan tujuan yang mulia. Namun, realitanya Otonomi Daerah tidak serta merta menjadikan suatu daerah maju, mandiri dan sejahtera. Perhatian pemerintah daerah cenderung terfokus pada sektor profitable. Memang, Penghasilan Asli Daerah (PAD) daerah tersebut akan cenderung tinggi. Namun, kesejahteraan nampaknya belum berpihak pada seluruh lapisan masyarakat. Sebagai salah satu indikator inti kesejahteraan, pangan menjadi satu sektor yang dianaktirikan.

Bencana Mengancam Pangan
            Fenomena bencana alam yang melanda Indonesia belakangan ini seperti banjir di berbagai wilayah di Jawa, erupsi Gunung Sinabung dan Kelud, serta gelombang tinggi di berbagai laut Indonesia  mau tidak mau mengganggu arus distribusi pangan di berbagai wilayah. Akibatnya, beberapa daerah mengalami kelangkaan dan kenaikan harga bahan pangan. BPS[2] mencatat bahwa pada bulan Januari 2014 terjadi inflasi sebesar 1,07 persen. Dari 82 kota tercatat 78 kota mengalami inflasi[3]. Inflasi tertinggi sektor pangan disebabkan oleh komoditas beras sebesar 0,05%. Inflasi ini merupakan dampak dari gelombang tinggi di beberapa laut di Indonesia serta banjir yang melanda bagian utara Jawa. Belum lagi pada bulan Februari terjadi erupsi Gunung Sinabung dan Kelud yang diprediksi menyebakan inflasi beberapa komoditas mencapai 2-3%.
Beberapa daerah masih bergantung pada daerah lain dalam pemenuhan kebutuhan pangannya, seperti pada komoditas beras. Saat terjadi bencana, daerah yang bukan penghasil beras mengalami kelangkaan dan kenaikan harga. Hal itu dirasa berat bagi masyarakat karena mereka sangat tergantung pada beras sebagai makanan pokok. Sehingga, apabila ada gangguan produksi atau distribusi maka kemungkinan terjadi inflasi dan daerah tersebut dapat mengalami krisis atau rawan pangan.

Otonomi Pangan      
Mari berpikir strategis, jika setiap daerah dapat berotonomi pangan, maka setiap daerah tidak perlu mengalami kelangkaan dan kenaikan harga komoditas pangan tiap terjadi masalah produksi dan distribusi. Bayangkan jika setiap daerah memiliki perhatian lebih pada pertanian, pada produksi pangan. Bayangkan, jika masyarakat memiliki kesadaran bahwa untuk mengkonsumsi harus juga bisa memproduksi, maka suatu daerah akan semarak untuk mandiri pangan dan kemandiran itu akan datang dengan sendirinya.
Bencana alam memang tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi. Di sisi lain, urusan pangan adalah urusan yang tidak dapat ditunda. Jika ketersediaan pangan itu terganggu, baik itu karena masalah distribusi maupun produksinya, maka harusnya ada suatu sistem lumbung pangan yang selalu siap menyediakan cadangan makanan bagi daerahnya. Jika bencana terjadi, lumbung-lumbung pangan inilah yang menjadi tonggak suatu daerah untuk tahan pangan. Komoditas yang masuk dalam lumbung pangan tidak harus beras. Setiap daerah memiliki bahan pangan lokalnya sendiri dan itulah yang idealnya dikonsumsi dan dijadikan cadangan makanan.
Konsep lumbung pangan sebenarnya sudah ada bahkan jauh sebelum Otonomi Daerah. Dulu, setiap keluarga punya lumbung pangannya sendiri dari hasil pertanian keluarga. Kemandirian pangan keluarga ini lambat laun semakin terdegradasi seiring dengan involusi pertanian[4], dan berbagai persolahan lainnya. Kini, konsep ini harus direvitalisasi dan diimplementasikan pada semua masyarakat.
Lumbung pangan keluarga menjadi suatu solusi bagi masyarakat pasca bencana. Dengan lumbung pangan yang dimiliki masing-masing keluarga, maka ketergantungan akan bantuan pemerintah juga akan berkurang. Hal ini menjadi solusi yang edukatif bagi masyarakat. Di sisi lain perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan manfaat bagi modifikasi bentuk lumbung pangan yang aman dari bencana, seperti bentuk kapal yang aman dari banjir dan tsunami atau bentuk dome yang aman dari gempa bumi. 
Setiap daerah memang memiliki karakteristik alam serta kemampuan dalam menyediakan pangan bagi masyarakatnya sendiri. Harusnya masyarakat makan apa yang dapat diproduksi di daerahnya atau dengan kata lain harus menghargai pangan lokal di daerahnya masing-masing. Apalagi dalam keadaan darurat bencana, masyarakat ditantang untuk mengencangkan perut dan mengendalikan egonya dalam hal mengkonsumsi makanan. Jika keadaan gawat, masyarakat harusnya bertahan untuk makan seadanya, sesuai dengan apa yang dapat disediakan lingkungan sekitarnya.
Layaknya seperti berotonomi dalam mencari pendapatan daerah, otonomi juga harus dimaknai sebagai otonomi di semua sektor. Otonomi Daerah sebaiknya dilaksanakan dengan tidak menganaktirikan sektor tertentu. Sektor pertanian harus dianggap penting karena pangan menyangkut hidup matinya bangsa. Berotonomi harus total, bahkan sampai taraf rumah tangga. Pemerintah daerah maupun masyarakatnya harus total dalam melaksanakan Otonomi Daerah di kondisi darurat atau bahkan di kondisi apapun agar roda kehidupan mengarah pada kesejahteraan.




[1] Revisi menghasilkan pembagian urusan pemerintahan yang semakin jelas antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota.
[2]Berita Resmi Statistik: Perkembangan Indeks Harga Konsumen/InflasiNo. 10/02/Th. XVII, 3 Februari 2014
[3] Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks beberapa kelompok pengeluaran
[4] Geertz, C. 1983. Involusi Pertanian. Hal xxiii. Involusi Pertanian merupakan kemandekan atau kemaceran pola pertanian ditunjukkan oleh tidak adanya kemajuan yang hakiki.

Kamis, 17 Juli 2014

(3) Matahari Tenggelam

Lalu kau tiba-tiba hadir setelah terik yang panjang.
Dan sorot matamu sangat meneduhkan.
Tuhan  memberimu keindahan yang integral.
Dari tuturmu, perangaimu, kisahmu.
Sampai akhirnya aku sungguh-sungguh menatapmu.

Kehadiranmu membawa kebahagiaan, kasih.
Tapi memandangmu bukanlah momen yang mudah.
Kau pergi lagi mengalah pada malam.
Namun, hatiku masih berharap.
Karena esok pasti kau datang lagi.
Sampai akhirnya aku sungguh-sungguh mendambamu.

Selasa, 15 Juli 2014

(2) Kebetulan Tidak Disengaja

Kau mungkin tak kan mengira aku tak seberani yang kau kira.
Kaupun mungkin tak kan mengira sebenarnya aku begitu ceroboh.
Dan seiring waktu berlalu, semakin kau beredar di orbitku, kau mungkin kan merasa aku mulai mendambamu.
Ya, memang, tapi bukan saat itu.

Aku berkaca pada kepribadianku, yang merefleksikan apa yang orang lain akan lakukan padaku.
Mereka yang didekatku begitu mudahnya menggodamu atas namaku.
Jadi kurasa mungkin kau menganggapku menggodamu.
Mungkin itu karma karena aku juga sering jahil.

Tapi, sama sekali aku tak mendambamu, bahkan memikirkanmu saat itu.
Yang kutahu, aku adalah batu yang sarat harga diri.
Si batu akan bertindak seperti batu, independen dan tak mau berpaling wajah.
Bukannya aku menghindarimu, tapi aku menjaga jarak secara proporsional.

Namun tahukah kau?
Berkali-kali sikapku melawanku.
Membuatku berkali-kali salah ujar dan salah tingkah.
Lalu kau melihatku, dan kau pasti menganggapku mulai jatuh hati.
Belum kasih, belum saat itu.

Minggu, 13 Juli 2014

(1) Pertemuan

Keterkejutan mengawali pertemuanku dan kau, dimana kala itu rasanya kita bagaikan diperkenalkan secara paksa. Aku bahkan tak menyangka kau begitu seringnya beredar di telinga dan mataku berkat godaan usil banyak orang. Ya, orang-orang yang begitu bahagia menjodohkan kau dan aku. Aku juga tak menyangka gosip itu begitu lama beredar. Aku bahkan sama sekali tidak peduli.

Gosip dan candaan kuanggap angin lalu. Namun, semua bahasan mereka jadi tentangmu. Sampai suatu saat terselip nasihat dari mereka, bahwa kaulah yang selama ini kubutuhkan, bukan yang lalu. Mereka jauh lebih menyukaimu. Ya, sosok cerdas berperangai santun, ramah dan religius.

Sabtu, 28 Juni 2014

Promise

Ibu, segala hal yang sinetron itu representasikan tentangmu dan kita, aku berjanji, putra-putrimu akan membuatmu bangga. Tak ada hal yang mampu membalas jasa, cinta, waktu, serta air matamu.

Ya Allah, mudahkanlah...

Kamis, 12 Juni 2014

Lumbalisasi Sacral dan Low Back Pain

Halo kanca...

Beberapa waktu lalu saya mengalami nyeri pinggang yang sangat mengganggu. Rasa sakitnya berada di area tulang ekor, tulang pinggang bahkan kadang sampai paha. Akhirnya saya menuju radiologis dan rontgen. Saya hanya membaca di hasil rontgen bahwa saya mengalami Lumbalisasi sacral namun bagian yang lain dalam keadaan normal. Namun, saya harus ke dokter spesialis untuk menginterpretasikan hasil rontgen.

Dokter saya dokter spesialis tulang di Rumah Sakit Akademik UGM. Beliau mengatakan bahwa Lumbalisasi sacral adalah anomali yang terjadi pada manusia yang punya tulang lumbal atau tulang ekor 6. Kalau sesuai dengan distribusi normal, tulang lumbal manusia kebanyakan 5. Ada juga yang 4 dan 6, tapi jumlahnya sangat sedikit. Nah, yang saya alami ini adalah kelebihan tulang lumbal. Sebenarnya tidak ada arti patologik dari jumlah lumbal saya yang 6 ini. Tapi, kata dokter saya, jumlah lumbal yang 6 ini menyebabkan otot bekerja lebih keras dan merupakan salah satu penyebab sakit punggung saya ini.

Sakit punggung sendiri atau yang disebut Low Back Pain sendiri merupakan nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh terdesaknya otot, herniasi dan osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang. Nah kalau kata dokter kemungkinanku terkena herniasi atau osteoartritis kecil. Kemungkinan besarnya ya karena nyeri otot saja. Penyebab lainnya juga menurut saya karena posisi duduk saya yang kurang benar. Saya akui seringkali duduk saya membungkuk dan tulang belakang yang menjadi tumpuannya. Selain itu mungkin karena saya juga beberapa kali menggunakan high heels sehingga tulang belakang sedikit lordotik. Tulang lumbal dan tulang pinggang saya juga dipisahkan oleh sudut yang terlalu besar. Hal ini menyebabkan lordotik pada lumbal.

Inilah gambar tulang lumbal dan sacral yang benar. Sudutnya harusnya sekitar 30 derajat, saya 50 derajat.
 

Nah lantas dokter memberikan rekomendasi fisioterapi bagi saya. Hal-hal yang harus saya lakukan adalah:
1. Mengubah kebiasaan duduk yang salah. 


2. Memberi tumpuan di belakang tulang lumbal saat duduk menggunakan bantal

3. Stretching dengan beberapa posisi seperti ini:


4. Terapi Ultrasound: Yaitu terapi menggunakan gelombang suara tinggi dengan frekuensi 1 atau 3 MHz (>20.000 Hz). Fungsi alat ini adalah untuk melemaskan otot dan mengurangi rasa sakit. Nanti kita seperti dipijat menggunakan salah satu bagian alat ini. Rasanya nyaman.
5. Renang: Renang dinilai dapat memperbaiki bentuk punggung dan memperbaiki otot-ototnya

Itu tadi pola hidup baru yang harus saya lakukan untuk pemulihan kondisi. Selain beberapa hal diatas, yang sebaiknya saya hindari adalah mengangkat beban yang terlalu berat dan stres. 

Baik kanca, itu tadi pengalaman saya yang dapat saya bagi kepada kanca semua. Semoga bermanfaat dan tetap hidup sehat serta kurangi kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan kita. Sakit itu mahal kanca, sehatlah dan nikmatilah. 

Sekian, monggo kalau ingin berbagi.

For further information just watch this kanca http://www.youtube.com/watch?v=zfs9oyA3pKg

Minggu, 08 Juni 2014

Smartphone dan Anti Sosial

Jaman serba canggih. Ya, semua hal kini serba elektrik, digital, sosial media, dan sebagainya. Hampir semua orang seumuranku tidak mau ketinggalan informasi dari internet, tidak mau danggap kurang update di sosial media dan tidak mau sedikitpun merasa bosan sehingga kecanduan game. Semua hal itu tersedia di suatu perangkat kecil yang super lengkap bernama smartphone. Yap, maka dari itu, mayoritas pemuda di Indonesia adalah pengguna ponsel pintar atau smartphone. Menurut eMarketer, pengguna smartphone di dunia pada pertengahan tahun ini mencapai 50% lho. Wow

Beberapa waktu lalu, smartphoneku rusak dan harus diservis sekitar 2 minggu. Dan kembalilah kugunakan handphone biasa. Aku sebenarnya memang terbiasa menggunakan handphone biasa, karena aku memang belum lama punya smartphone. Jadi, ketika smartphoneku harus diservis, ya rasanya biasa saja. Pada satu sisi memang rasa penasaranku mengenai topik bahasan tertentu tidak bisa cepat menemukan jawabannya dengan menggunakan aplikasi search engine di smartphone. Namun di sisi lain, hidupku jauh terasa lebih tenang karena tidak ada lagi notifikasi pesan dari aplikasi seperti Watssap, BBM dan lainnya. Untuk yang satu ini kuakui pesan-pesannya memang cenderung kurang penting.

Dua minggu tanpa smartphone sebenarnya tidak serta merta membuatku merasa tenang sepenuhnya. Justru beberapa kali terbesit pikiran yang mengganggu dan membuat tidak tenang. Saat itu aku menjadi minoritas dimana kaum mayoritasnya adalah pengguna smartphone. Pada saat itu berkali-kali aku merasa smartphone telah banyak menggiring manusia menjadi manusia anti sosial. Dimulai dari saat aku melihat anak-anak yang telah dibelikan smartphone oleh orang tuanya. Selama melihat anak itu, tak sealipun kulihat mereka melepaskan smartphonenya karena sibuk memainkan game. Berkali-kali juga kulihat beberapa orang tidak bisa hidup jauh dari smartphonenya, bahkan ketika makan, menyetir mobil, naik motor, berjalan di jalan raya dan sebagainya. Banyak juga yang kulihat dari bangun tidur sampai tidur lagi pegang smartphone.

Pada dasarnya smartphone itu memang penting untuk komunikasi yang cepat, update informasi dan hiburan. Namun menurutku, penggunaan smartphone belakangan ini sudah kelewat batas. Beberapa orang cenderung tidak bijak dalam menggunakan smartphone. Ada yang seluruh waktunya digunakan di dunia maya untuk update status atau bahkan mengetahui status orang lain. Ada yang sibuk sendiri dengan game atau media sosial saat disekitarnya sebenarnya ada banyak orang. Serta ada juga yang betah berdiam diri seharian dalam kamar sambil memainkan smartphonenya. Duh

Begini lo kanca, smartphone sesuai dengan namanya adalah perangkat yang harusnya membuat penggunanya pintar, bukan semakin bodoh, tidak bijaksana, tdak produktif, malas dan anti sosial. Smartphone harusnya membuat penggunanya semakin mudah menyerap ilmu, lebih kreatif, lebih kritis serta lebih mudah bersosialisasi. Smartphone bukannya membuat penggunanya malas, menjadi pribadi yang gaul di media sosial, tapi lupa atau anti sosial dengan lingkungan di dekatnya. Kalau menurut saya nih pengguna smartphone harus pintar dan bijaksana dulu nih baru menambah dan mengupgrade kepintarannya lewat smartphone. Pengguna smartphone tidak hanya harus bertambah pintar tapi juga harus pintar mengenai kapan dan dimana menggunakan smartphonenya.

Dan, sebagai tambahan informasi, aku tambahkan info dari kompasiana.com tentang dampak negatif smartphone jika tidak digunakan secara bijak bagi kesehatan psikis penggunanya. Dampaknya adalah dapat menimbulkan kecanduan, mengganggu tidur, mengurangi produktifitas, merusak sel otak, serta merusak hubungan terutama dengan lngkungan sekitarnya. Oh ya, ada lagi dampak negatifnya bagi anak-anak loh, yaitu membuat anak menjadi malas dan manja, mengganggu perkembangan psikis dan kinetik anak, dan dapat merusak moral anak. Ingat nggak kanca tentang kasus-kasus penganiayaan anak oleh teman sebayanya yang marak terjadi beberapa waktu ini. Pada hampir seluruh kasus, penyebabnya adalah game dan tontonan yang berisi konten kekerasan. Ngeri kan..

Semenjak smartphoneku tidak lagi rusak dan telah dalam genggaman. Aku akan lebih bijaksana menggunakannya. Game hanya akan kugunakan ketika tidak ada orang disekelilingku dan sedang merasa bosan. Update status di media sosial boleh lah, asal tidak setiap waktu update dan jika ada waktu luang. Jika bersama dengan teman atau orang lain, akan kusimpan dulu smartphoneku dan akan kuperhatikan orang disekelilingku. Setidaknya itu adalah beberapa hal ideal yang harus kulakukan karena sesuai dengan pengalamanku, kalau dicuekin teman yang sedang asyik bermain smartphone, disupirin orang yang mainin smartphone, ketemu orang kecanduan smartphone, lihat orang malas-malasan dan cuma main smartphone, semuanya itu nggak enak dirasain dan dilihat… So guys, mau disenengin orang dan enak dilihat? As a smart people, you know what to do lah…

Sabtu, 17 Mei 2014

Hari Buku Sedunia

Meskipun aku tidak begitu suka membaca, tapi buku itu penting. Aku memang lebih suka belajar via auditori-visual, tapi pemberi materinya ujung-ujungnya juga baca buku kan? Nah, buku itu walau beberapa memang membosankan tapi beberapa memang jendela dunia. Kita, manusia tinggal memilih buku apa yang kita baca, buku yang membuka jendela dunia bagian mana ataupun buku yang akan / tidak akan membuka dunia. Selamat memilih, selamat hari buku sedunia :)

Sabtu, 10 Mei 2014

International Mothers Day 2014

Berkorban Itu Penting, Tapi Mengedukasi Itu Lebih Penting

Ah, dunia lagi-lagi terlampau kontradiktif. Kala ada tugas atau masalah bersama, kadang aku dituntut untuk tidak menyelesaikannya sendiri. Tapi di sisi lain jika aku berusaha meminta tolong, mereka cenderung hilang dan pasif, ah lucunya.
Berkali-kali aku mengalah untuk mengerjakan tugas itu sendiri. Aku terlampau tidak sabar melihat suatu masalah  menganga. Aku juga terlalu toleran pada orang lain, mungkin mereka sedang sibuk.
Ah, tunggu dulu, apa aku tidak sibuk? Hah, look, aku ternyata sama sibuknya dengan mereka, bahkan mungkin lebih sibuk. Lama-lama aku berfikir, orang lain akan terbiasa bergantung padaku. Dan itu benar terjadi. Kemarin aku berpikir bahwa berkorban itu penting, tapi mengedukasi itu lebih penting. Aku merasa orang lain harus berprogress, kalau semua hal kulakukan sendiri dan mereka begitu bergantung padaku, maka mereka tak akan berdaya. Kini aku ingin mencoba untuk lebih pasif jika ada tugas atau masalah. Akan ku biarkan mereka berpikir dulu serta membuat mereka terbiasa untuk tidak menunggu instruksi.
Well, terlepas dari perilaku ini benar atau salah, biarlah ini kucoba dulu. Biarlah ini jadi risetku. Kalau gagal, ya mungkin ada cara lain, but at least, let me try

Sabtu, 15 Februari 2014

Komunitas Lare












Photo by: Fida



Komunitas Lare lahir berkat keprihatinan tentang disintegrasi antara sektor pertanian sebagai penghasil pangan, lingkungan, kesehatan serta pendidikan. Pangan sebagai kebutuhan pokok manusia dihasilkan di lahan-lahan pertanian kian lama menghadapi banyak permasalahan. Kelangkaan bahan pangan, alih fungsi lahan pertanian, kualitas bahan pangan, sumberdaya manusia pertanian yang semakin tua, kerusakan lingkungan karena pola pertanian yang tidak ramah, kesehatan konsumen dan banyak masalah lain tidak segan menghantui masa depan pangan dan pertanian di Indonesia.

Tujuan berdirinya Komunitas Lare adalah untuk memberdayakan masyarakat agar mereka bertanggung jawab atas apa yang mereka makan. Untuk mengkonsumsi sesuatu, mereka juga harus dibiasakan memproduksinya sendiri. Memproduksi pangan sendiri memiliki banyak fungsi seperti menghemat biaya belanja sehari-hari, mengetahui kualitas pangan keluarga karena pasti terbebebas dari paparan pestisida atau bahan kimia, menjawab tantangan alih funsgi lahan seiring dengan pertumbuhan penduduk, menyediakan pangan sehat dan beraneka ragam bagi keluarga serta menjaga kelestarian lingkungan karena tanaman memproduksi oksigen. Komunitas Lare hadir untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menanam atau dengan kata lain memproduksi makanan mereka sendiri.

Sasaran utama dari komunitas Lare adalah anak-anak. Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa perlu diberi penyuluhan tentang pelestarian lingkungan, pangan sehat serta keberlanjutan pertanian. Melalui metode yang berbeda, Komunias Lare hadir untuk melakukan itu semua. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan role playing berupa operet. Anak-anak akan masuk kedalam suatu skenario operet berjudul Pendekar Matahari dan Kapten Samudera Hindia. Dengan tampil memerankankan tiap tokoh di kisah ini menggunakan naskah yang berisi banyak konten edukasi, anak-anak akan dengan mudah menerima konten edukasi. Seluruh rangkaian operet dilakukan dalam beberapa episode dan tiap episodenya biasanya dilaksanakan seminggu sekali atau bahkan dua kali. Pada tiap episodenya, disisipi praktek langsung, seperti praktek penanaman, pemanfaatan sampah plastik untuk media tanam, pembuatan pupuk, dan lain sebagainya. Kegiatan ini dapat dilakukan di sekolah formal maupun di lingkungan perumahan atau kampung.
Di akhir rangkaian operet anak-anak akan diarahkan untuk melakukan penabungan pohon buah. Penanaman pohon buah ini di lakukan di rumah masing-masing. Tujuan tabungan buah ini yang pertama adalah sebaga tabungan sekolah mereka. Setiap panen diharapkan hasil yang dipanen daat dikumpulkan kemudian dijual. Kedua, kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan karena pohon menyumbang banyak sekali oksigen pada bumi. Selain itu sebagai penyumbang oksigen pohon buah juga tidak harus ditebang sehingga tidak akan merusak struktur tanah. Yang ketiga, pohon buah diharapkan menjadi sumber vitamin keluarga, hal ini berimplikasi pada kecukupan vitamin keluarga dan penghematan biaya belanja. Yang terakhir adalah anak-anak akan dilatih bekerja sama karena dalam perawatan pohon buah, mereka akan tergabung dalam suatu kelompok. Sistem kerja kelompok tersebut seperti kelompok tani. Kegiatan yang dilakukan antara lain koperasi, pembuatan pupuk bersama dan forum kelompok.

Orang dewasa juga menjadi sasaran kegiatan pemberdayaan ini. Pertama, mereka yang tinggal di lingkungan kegiatan ini berlangsung akan diikutsertakan dalam operet sebagai peserta aktif maupun pasif, agar kemudian mereka dapat menjadi fasilitator juga. Kedua, masyarakat umum dapat menjadi donatur maupun volunteer di Komunitas Lare. Donatur dapat dilakukan dengan melakukan penabungan buah di rumah masing-masing, sama dengan anak-anak peserta operet. Volunteer dapat membantu pelaksanaan operet di berbagai tempat serta melakukan penjualan buah hasil panen anak-anak peserta operet dan juga donatur. Hasil penjualan buah inilah yang digunakan sebagai biaya operasional Komunitas seperti properti operet, konsumsi, transportasi, naskah dan sebagainya.


(YFM/150214)

Selasa, 21 Januari 2014

Gunung Jadilah Saksiku















Photo by: Putri

Aku diambang kabut dan mentari
Angin, belai lembut gemunung yang menghijau
Mengantarkan aroma edelweis, harummu…
Merasuki serebrum, hanyut kenangan manis

Inilah petualanganku, di punggung gunung nusantara
Jadilah saksiku, wahai burung, wahai tanah,
Wahai awan, wahai…..pepohonan
Atas butir-butir kebaikan yang akan ku sebarkan
Kujanjikan pedamu ibu pertiwiku

Aku bukannya menantang buana

Aku hanya mengagumi indahnya alam

Inspired from Mt. Bromo 

Sabtu, 04 Januari 2014

Sketsa Mimpiku di Tahun Piala Dunia














Photo of me by: Adinda


Assalamualaikum Wr. Wb.

Hello world, tahun 2014 mungkin  tidak perlu disambut secara berlebihan dengan meledakkan petasan, menyalakan kembang api miliaran bahkan pesta yang membuang banyak makanan. 2014 itu kuanggap hanya tahun dimana Piala Dunia Brazil yang kita tunggu-tunggu dilaksanakan. 2014 menurutku hanyalah sebagai satuan ukuran untuk pengukuran pencapaian hidupku. Aku menganalogikan pergantian tahun dengan penggaris. Penggaris mengukur panjang suatu benda, dan yang kuukur sekarang pencapaian hidupku. Penggaris memiliki satuan, 1 cm, 2cm, 3 cm dan seterusya, sama dengan 2012, 2013, 2014 dan seterusnya. Tidaklah istimewa satuan-satuan itu, yang istimewa adalah objek yang diukur,  sepakat?

Manusia memang tidak pernah merasa cukup, bahkan mereka tidak begitu tahu kriteria cukup itu bagaimana. Yang mereka tahu hanyalah esok harus lebih baik dari kemarin, esok harus lebh banyak, esok harus lebih memiliki ilmu, esok harus lebih kaya, bla, bla, bla…. Tapi itu manusiawi, Tuhan tidak pernah melarang manusia untuk memperbaiki diri, tapi manusia tdak pernah boleh lupa untuk selalu bersyukur atas apa yang telah Tuhan beri.

Itu tadi hanya jamuan pembuka untuk tulisanku ini. Intinya, mari bersama-sama mengumpulkan kebaikan di dunia ini untuk kita sendiri, keluarga, kekasih, sahabat dan semua orang yang kita kenal. Jadilah semakin kaya, semakin pintar, semakin cantik, semakin baik hati, semakin kuat, dan lainnya, tapi jangan lupa bersyukur. Nah, akupun juga berharap menjadi orang yang lebih baik dalam tiap kata-kata positif yang pernah kutahu dari waktu sebelumnya. Selisih antara 2015 dan 2014 ini kuharap berisi momen-momen indah yang sesuai dengan harapanku yang kutulis ini.

Selama setahun ini aku ingin menyelesaikan penelitian/skripsi yang outstanding. Tapi tentu untuk sebuah hasil penelitian yang outstanding perlu biya yang cukup besar. Oleh sebab itu aku berharap dapat lolos hibah penelitin skripsi atau hibah community development dari Pertamina Foundation. Doakan ya, amin.. Selain itu, aku berharap dapat sewaktu-waktu (targetku 2 kali) membayarkan SPP adik-adikku dari uang beasiswa. Lalu, aku juga ingin ke Sulawesi. Aku sudah pernah ke Kalimantan, Jawa, Sumatra, Bali dan Nusa Tenggara, tinggal Sulawesi, Ambon dan Papua yang belum. Aku berharap tahun ini bisa ke salah satunya, mungkin Sulawesi dulu. Senada dengan cita-cita pergi ke Sulawesi, aku juga berharap dapat go abroad tahun ini. Rasanya sudah yakin hati ini untuk terbang ke luar negeri tahun ini juga. Well, this is the last chance selagi aku di Undergraduate. Sekarang aku sedang apply untuk ikut semacam summer program tentang Environmental Leadership, doakan ya semua… Terakhir, ini mungkin lebih personal, hmmm… Aku ingin jatuh cinta dengan tulus dan bahagia. Jatuh cinta itu sungguh menyenangkan. Bisa merasa cantik, hati berbunga-bunga, semangat membara,dan  semakin peduli pada lingkungan sekitar. Mungkin sejak beberapa tahun lalu aku terperangkap pada jatuh cinta semu, yang sebenarnya tidak malah membuatku bahagia. Saat-saat itu mungkin akum asuk dalam perangkap kontradiksi cinta, hah sudahlah, mari jadikan itu pelajaran. Well, merasakan jatuh cinta yang tulus dan bahagia semoga dapat tercapai. Cara mendapatnya? Ya bukalah hatimu Rara, sugestikan diri untuk lepas dari traumatik dan yang pasti tebarkan kebaikan, senyuman dan cinta kasih pada lingkungan (alam dan manusia). Jangan lupa bersyukur ya.. Terima Kasih Kanca..


Wassalamualaikum Wr. Wb