Otonomi Pangan
Rabu, 10 September 2014
Totalitas Berotonomi “Otonomi Pangan dalam Darurat Bencana”
Otonomi Pangan
Kamis, 17 Juli 2014
(3) Matahari Tenggelam
Lalu kau tiba-tiba hadir setelah terik yang panjang.
Dan sorot matamu sangat meneduhkan.
Tuhan memberimu keindahan yang integral.
Dari tuturmu, perangaimu, kisahmu.
Sampai akhirnya aku sungguh-sungguh menatapmu.
Kehadiranmu membawa kebahagiaan, kasih.
Tapi memandangmu bukanlah momen yang mudah.
Kau pergi lagi mengalah pada malam.
Namun, hatiku masih berharap.
Karena esok pasti kau datang lagi.
Sampai akhirnya aku sungguh-sungguh mendambamu.
Selasa, 15 Juli 2014
(2) Kebetulan Tidak Disengaja
Kau mungkin tak kan mengira aku tak seberani yang kau kira.
Kaupun mungkin tak kan mengira sebenarnya aku begitu ceroboh.
Dan seiring waktu berlalu, semakin kau beredar di orbitku, kau mungkin kan merasa aku mulai mendambamu.
Ya, memang, tapi bukan saat itu.
Aku berkaca pada kepribadianku, yang merefleksikan apa yang orang lain akan lakukan padaku.
Mereka yang didekatku begitu mudahnya menggodamu atas namaku.
Jadi kurasa mungkin kau menganggapku menggodamu.
Mungkin itu karma karena aku juga sering jahil.
Tapi, sama sekali aku tak mendambamu, bahkan memikirkanmu saat itu.
Yang kutahu, aku adalah batu yang sarat harga diri.
Si batu akan bertindak seperti batu, independen dan tak mau berpaling wajah.
Bukannya aku menghindarimu, tapi aku menjaga jarak secara proporsional.
Namun tahukah kau?
Berkali-kali sikapku melawanku.
Membuatku berkali-kali salah ujar dan salah tingkah.
Lalu kau melihatku, dan kau pasti menganggapku mulai jatuh hati.
Belum kasih, belum saat itu.
Minggu, 13 Juli 2014
(1) Pertemuan
Keterkejutan mengawali pertemuanku dan kau, dimana kala itu rasanya kita bagaikan diperkenalkan secara paksa. Aku bahkan tak menyangka kau begitu seringnya beredar di telinga dan mataku berkat godaan usil banyak orang. Ya, orang-orang yang begitu bahagia menjodohkan kau dan aku. Aku juga tak menyangka gosip itu begitu lama beredar. Aku bahkan sama sekali tidak peduli.
Gosip dan candaan kuanggap angin lalu. Namun, semua bahasan mereka jadi tentangmu. Sampai suatu saat terselip nasihat dari mereka, bahwa kaulah yang selama ini kubutuhkan, bukan yang lalu. Mereka jauh lebih menyukaimu. Ya, sosok cerdas berperangai santun, ramah dan religius.
Sabtu, 28 Juni 2014
Promise
Ibu, segala hal yang sinetron itu representasikan tentangmu dan kita, aku berjanji, putra-putrimu akan membuatmu bangga. Tak ada hal yang mampu membalas jasa, cinta, waktu, serta air matamu.
Ya Allah, mudahkanlah...
Kamis, 12 Juni 2014
Lumbalisasi Sacral dan Low Back Pain
Beberapa waktu lalu saya mengalami nyeri pinggang yang sangat mengganggu. Rasa sakitnya berada di area tulang ekor, tulang pinggang bahkan kadang sampai paha. Akhirnya saya menuju radiologis dan rontgen. Saya hanya membaca di hasil rontgen bahwa saya mengalami Lumbalisasi sacral namun bagian yang lain dalam keadaan normal. Namun, saya harus ke dokter spesialis untuk menginterpretasikan hasil rontgen.
Dokter saya dokter spesialis tulang di Rumah Sakit Akademik UGM. Beliau mengatakan bahwa Lumbalisasi sacral adalah anomali yang terjadi pada manusia yang punya tulang lumbal atau tulang ekor 6. Kalau sesuai dengan distribusi normal, tulang lumbal manusia kebanyakan 5. Ada juga yang 4 dan 6, tapi jumlahnya sangat sedikit. Nah, yang saya alami ini adalah kelebihan tulang lumbal. Sebenarnya tidak ada arti patologik dari jumlah lumbal saya yang 6 ini. Tapi, kata dokter saya, jumlah lumbal yang 6 ini menyebabkan otot bekerja lebih keras dan merupakan salah satu penyebab sakit punggung saya ini.
Sakit punggung sendiri atau yang disebut Low Back Pain sendiri merupakan nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh terdesaknya otot, herniasi dan osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang. Nah kalau kata dokter kemungkinanku terkena herniasi atau osteoartritis kecil. Kemungkinan besarnya ya karena nyeri otot saja. Penyebab lainnya juga menurut saya karena posisi duduk saya yang kurang benar. Saya akui seringkali duduk saya membungkuk dan tulang belakang yang menjadi tumpuannya. Selain itu mungkin karena saya juga beberapa kali menggunakan high heels sehingga tulang belakang sedikit lordotik. Tulang lumbal dan tulang pinggang saya juga dipisahkan oleh sudut yang terlalu besar. Hal ini menyebabkan lordotik pada lumbal.
For further information just watch this kanca http://www.youtube.com/watch?v=zfs9oyA3pKg
Minggu, 08 Juni 2014
Smartphone dan Anti Sosial
Jaman serba canggih. Ya, semua hal kini serba elektrik, digital, sosial media, dan sebagainya. Hampir semua orang seumuranku tidak mau ketinggalan informasi dari internet, tidak mau danggap kurang update di sosial media dan tidak mau sedikitpun merasa bosan sehingga kecanduan game. Semua hal itu tersedia di suatu perangkat kecil yang super lengkap bernama smartphone. Yap, maka dari itu, mayoritas pemuda di Indonesia adalah pengguna ponsel pintar atau smartphone. Menurut eMarketer, pengguna smartphone di dunia pada pertengahan tahun ini mencapai 50% lho. Wow
Beberapa waktu lalu, smartphoneku rusak dan harus diservis sekitar 2 minggu. Dan kembalilah kugunakan handphone biasa. Aku sebenarnya memang terbiasa menggunakan handphone biasa, karena aku memang belum lama punya smartphone. Jadi, ketika smartphoneku harus diservis, ya rasanya biasa saja. Pada satu sisi memang rasa penasaranku mengenai topik bahasan tertentu tidak bisa cepat menemukan jawabannya dengan menggunakan aplikasi search engine di smartphone. Namun di sisi lain, hidupku jauh terasa lebih tenang karena tidak ada lagi notifikasi pesan dari aplikasi seperti Watssap, BBM dan lainnya. Untuk yang satu ini kuakui pesan-pesannya memang cenderung kurang penting.
Dua minggu tanpa smartphone sebenarnya tidak serta merta membuatku merasa tenang sepenuhnya. Justru beberapa kali terbesit pikiran yang mengganggu dan membuat tidak tenang. Saat itu aku menjadi minoritas dimana kaum mayoritasnya adalah pengguna smartphone. Pada saat itu berkali-kali aku merasa smartphone telah banyak menggiring manusia menjadi manusia anti sosial. Dimulai dari saat aku melihat anak-anak yang telah dibelikan smartphone oleh orang tuanya. Selama melihat anak itu, tak sealipun kulihat mereka melepaskan smartphonenya karena sibuk memainkan game. Berkali-kali juga kulihat beberapa orang tidak bisa hidup jauh dari smartphonenya, bahkan ketika makan, menyetir mobil, naik motor, berjalan di jalan raya dan sebagainya. Banyak juga yang kulihat dari bangun tidur sampai tidur lagi pegang smartphone.
Pada dasarnya smartphone itu memang penting untuk komunikasi yang cepat, update informasi dan hiburan. Namun menurutku, penggunaan smartphone belakangan ini sudah kelewat batas. Beberapa orang cenderung tidak bijak dalam menggunakan smartphone. Ada yang seluruh waktunya digunakan di dunia maya untuk update status atau bahkan mengetahui status orang lain. Ada yang sibuk sendiri dengan game atau media sosial saat disekitarnya sebenarnya ada banyak orang. Serta ada juga yang betah berdiam diri seharian dalam kamar sambil memainkan smartphonenya. Duh
Begini lo kanca, smartphone sesuai dengan namanya adalah perangkat yang harusnya membuat penggunanya pintar, bukan semakin bodoh, tidak bijaksana, tdak produktif, malas dan anti sosial. Smartphone harusnya membuat penggunanya semakin mudah menyerap ilmu, lebih kreatif, lebih kritis serta lebih mudah bersosialisasi. Smartphone bukannya membuat penggunanya malas, menjadi pribadi yang gaul di media sosial, tapi lupa atau anti sosial dengan lingkungan di dekatnya. Kalau menurut saya nih pengguna smartphone harus pintar dan bijaksana dulu nih baru menambah dan mengupgrade kepintarannya lewat smartphone. Pengguna smartphone tidak hanya harus bertambah pintar tapi juga harus pintar mengenai kapan dan dimana menggunakan smartphonenya.
Dan, sebagai tambahan informasi, aku tambahkan info dari kompasiana.com tentang dampak negatif smartphone jika tidak digunakan secara bijak bagi kesehatan psikis penggunanya. Dampaknya adalah dapat menimbulkan kecanduan, mengganggu tidur, mengurangi produktifitas, merusak sel otak, serta merusak hubungan terutama dengan lngkungan sekitarnya. Oh ya, ada lagi dampak negatifnya bagi anak-anak loh, yaitu membuat anak menjadi malas dan manja, mengganggu perkembangan psikis dan kinetik anak, dan dapat merusak moral anak. Ingat nggak kanca tentang kasus-kasus penganiayaan anak oleh teman sebayanya yang marak terjadi beberapa waktu ini. Pada hampir seluruh kasus, penyebabnya adalah game dan tontonan yang berisi konten kekerasan. Ngeri kan..
Semenjak smartphoneku tidak lagi rusak dan telah dalam genggaman. Aku akan lebih bijaksana menggunakannya. Game hanya akan kugunakan ketika tidak ada orang disekelilingku dan sedang merasa bosan. Update status di media sosial boleh lah, asal tidak setiap waktu update dan jika ada waktu luang. Jika bersama dengan teman atau orang lain, akan kusimpan dulu smartphoneku dan akan kuperhatikan orang disekelilingku. Setidaknya itu adalah beberapa hal ideal yang harus kulakukan karena sesuai dengan pengalamanku, kalau dicuekin teman yang sedang asyik bermain smartphone, disupirin orang yang mainin smartphone, ketemu orang kecanduan smartphone, lihat orang malas-malasan dan cuma main smartphone, semuanya itu nggak enak dirasain dan dilihat… So guys, mau disenengin orang dan enak dilihat? As a smart people, you know what to do lah…
Sabtu, 17 Mei 2014
Hari Buku Sedunia
Meskipun aku tidak begitu suka membaca, tapi buku itu penting. Aku memang lebih suka belajar via auditori-visual, tapi pemberi materinya ujung-ujungnya juga baca buku kan? Nah, buku itu walau beberapa memang membosankan tapi beberapa memang jendela dunia. Kita, manusia tinggal memilih buku apa yang kita baca, buku yang membuka jendela dunia bagian mana ataupun buku yang akan / tidak akan membuka dunia. Selamat memilih, selamat hari buku sedunia :)
Sabtu, 10 Mei 2014
Berkorban Itu Penting, Tapi Mengedukasi Itu Lebih Penting
Ah, dunia lagi-lagi terlampau kontradiktif. Kala ada tugas atau masalah bersama, kadang aku dituntut untuk tidak menyelesaikannya sendiri. Tapi di sisi lain jika aku berusaha meminta tolong, mereka cenderung hilang dan pasif, ah lucunya.
Berkali-kali aku mengalah untuk mengerjakan tugas itu sendiri. Aku terlampau tidak sabar melihat suatu masalah menganga. Aku juga terlalu toleran pada orang lain, mungkin mereka sedang sibuk.
Ah, tunggu dulu, apa aku tidak sibuk? Hah, look, aku ternyata sama sibuknya dengan mereka, bahkan mungkin lebih sibuk. Lama-lama aku berfikir, orang lain akan terbiasa bergantung padaku. Dan itu benar terjadi. Kemarin aku berpikir bahwa berkorban itu penting, tapi mengedukasi itu lebih penting. Aku merasa orang lain harus berprogress, kalau semua hal kulakukan sendiri dan mereka begitu bergantung padaku, maka mereka tak akan berdaya. Kini aku ingin mencoba untuk lebih pasif jika ada tugas atau masalah. Akan ku biarkan mereka berpikir dulu serta membuat mereka terbiasa untuk tidak menunggu instruksi.
Well, terlepas dari perilaku ini benar atau salah, biarlah ini kucoba dulu. Biarlah ini jadi risetku. Kalau gagal, ya mungkin ada cara lain, but at least, let me try