Komunitas Lare lahir berkat keprihatinan tentang
disintegrasi antara sektor pertanian sebagai penghasil pangan, lingkungan,
kesehatan serta pendidikan. Pangan sebagai kebutuhan pokok manusia dihasilkan
di lahan-lahan pertanian kian lama menghadapi banyak permasalahan. Kelangkaan
bahan pangan, alih fungsi lahan pertanian, kualitas bahan pangan, sumberdaya
manusia pertanian yang semakin tua, kerusakan lingkungan karena pola pertanian
yang tidak ramah, kesehatan konsumen dan banyak masalah lain tidak segan
menghantui masa depan pangan dan pertanian di Indonesia.
Tujuan berdirinya Komunitas Lare adalah untuk memberdayakan
masyarakat agar mereka bertanggung jawab atas apa yang mereka makan. Untuk
mengkonsumsi sesuatu, mereka juga harus dibiasakan memproduksinya sendiri.
Memproduksi pangan sendiri memiliki banyak fungsi seperti menghemat biaya
belanja sehari-hari, mengetahui kualitas pangan keluarga karena pasti
terbebebas dari paparan pestisida atau bahan kimia, menjawab tantangan alih
funsgi lahan seiring dengan pertumbuhan penduduk, menyediakan pangan sehat dan
beraneka ragam bagi keluarga serta menjaga kelestarian lingkungan karena
tanaman memproduksi oksigen. Komunitas Lare hadir untuk mengedukasi masyarakat
tentang pentingnya menanam atau dengan kata lain memproduksi makanan mereka
sendiri.
Sasaran utama dari komunitas Lare adalah anak-anak.
Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa perlu diberi penyuluhan tentang
pelestarian lingkungan, pangan sehat serta keberlanjutan pertanian. Melalui
metode yang berbeda, Komunias Lare hadir untuk melakukan itu semua. Metode yang
digunakan adalah dengan menggunakan role playing
berupa operet. Anak-anak akan masuk kedalam suatu skenario operet berjudul
Pendekar Matahari dan Kapten Samudera Hindia. Dengan tampil memerankankan tiap
tokoh di kisah ini menggunakan naskah yang berisi banyak konten edukasi,
anak-anak akan dengan mudah menerima konten edukasi. Seluruh rangkaian operet
dilakukan dalam beberapa episode dan tiap episodenya biasanya dilaksanakan
seminggu sekali atau bahkan dua kali. Pada tiap episodenya, disisipi praktek
langsung, seperti praktek penanaman, pemanfaatan sampah plastik untuk media
tanam, pembuatan pupuk, dan lain sebagainya. Kegiatan ini dapat dilakukan di
sekolah formal maupun di lingkungan perumahan atau kampung.
Di akhir rangkaian operet anak-anak akan diarahkan untuk
melakukan penabungan pohon buah. Penanaman pohon buah ini di lakukan di rumah
masing-masing. Tujuan tabungan buah ini yang pertama adalah sebaga tabungan
sekolah mereka. Setiap panen diharapkan hasil yang dipanen daat dikumpulkan
kemudian dijual. Kedua, kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan
karena pohon menyumbang banyak sekali oksigen pada bumi. Selain itu sebagai
penyumbang oksigen pohon buah juga tidak harus ditebang sehingga tidak akan
merusak struktur tanah. Yang ketiga, pohon buah diharapkan menjadi sumber vitamin
keluarga, hal ini berimplikasi pada kecukupan vitamin keluarga dan penghematan
biaya belanja. Yang terakhir adalah anak-anak akan dilatih bekerja sama karena
dalam perawatan pohon buah, mereka akan tergabung dalam suatu kelompok. Sistem
kerja kelompok tersebut seperti kelompok tani. Kegiatan yang dilakukan antara
lain koperasi, pembuatan pupuk bersama dan forum kelompok.
Orang dewasa juga menjadi sasaran kegiatan pemberdayaan ini.
Pertama, mereka yang tinggal di lingkungan kegiatan ini berlangsung akan diikutsertakan
dalam operet sebagai peserta aktif maupun pasif, agar kemudian mereka dapat
menjadi fasilitator juga. Kedua, masyarakat umum dapat menjadi donatur maupun
volunteer di Komunitas Lare. Donatur dapat dilakukan dengan melakukan
penabungan buah di rumah masing-masing, sama dengan anak-anak peserta operet.
Volunteer dapat membantu pelaksanaan operet di berbagai tempat serta melakukan
penjualan buah hasil panen anak-anak peserta operet dan juga donatur. Hasil
penjualan buah inilah yang digunakan sebagai biaya operasional Komunitas
seperti properti operet, konsumsi, transportasi, naskah dan sebagainya.
(YFM/150214)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar